Safety Riding Yamaha, lebih luwes dan ringkas – motorrio.com – Berbarengan dengan acara Workshop PWR di STSJ beberapa saat lalu, Yamaha juga sekaligus menghadirkan materi Safety Riding untuk media dan blogger yang hadir pada acara tersebut. Materi dibagi dalam dua sesi, sesi dalam kelas, dan sesi praktek di area Yamaha Land di Panglima Sudirman Surabaya.
Materi dalam kelas dibawakan oleh Setyo Suyarko, yang merupakan Global Yamaha Racing Academy (YRA) Trainer dari YIMM. Dan yang bikin kaget peserta yang hadir, dia merupakan mantan test rider Yamaha Indonesia. Jadi kalau pernah ada foto spyshot motor Yamaha saat di tes jalan, ya kemungkinan Setyo adalah salah satu orang dibalik helm test rider itu!
Dari slide perkenalan Setyo, tampak sekilas bahwa dia sudah menguasai berbagai macam jenis motor Yamaha, mulai moge, sport sampai 250cc dan trail,lengkap deh! Selanjutnya materi dimulai dengan materi mengenai Pertumbuhan sepeda motor& kecelakaan. Data yang diungkap cukup mengerikan, dimana dari 100ribu kejadian kecelakaan di Indonesia tiap tahunnya, ada sekitar 30ribu orang yang meninggal. Dari 30ribu, sebagian besar masih dalam usia produktif (15-29 tahun) serta 82% kejadian diawali pelanggaran oleh pengendara roda dua! Artinya kecelakaan berawal dari adanya pelanggaran lalu lintas!
Safety Riding Yamaha punya goal untuk menyelaraskan antara Safety Mind sebagai karakter dan Riding Skill pengendara motor. Safety Mind singkatnya kesadaran diri untuk melindungi diri sendiri jika kecelakaan, dengan menggunakan safety gear sebelum berkendara (seperti helm, jaket, sarung tangan), mengenali kondisi kendaraan dan tentu saja mematuhi aturan lalu lintas. Sedangkan Riding Skill mengatur perilaku saat berkendara (posisi berkendara, teknik pengereman, keseimbangan berbelok dan mengenali karakter motor masing-masing. Setelah itu baru faktor eksternal seperti cuaca, kondisi lalu lintas kendaraan dan kondisi jalan.
Selanjutnya dijelaskan juga mengenai blind spot, dimana kita saat berada di belakang kendaraan lain wajib paham jika berada di blod spot, harus segera “menampakkan diri” supaya kendaraan lain tahu posisi kita. Yang perlu diperhatikan, waktu reaksi kita saat menghadapi kondisi di jalan raya, berbanding lurus dengan tinggingya kecepatan, yang mempengaruhi jauhnya pengereman dan titik henti. Contoh pada kecepatan 30 km/jam kita baru berhenti pada jarak 8 meter darisaat pertama kali kita menekan tuas rem, dan pastinya makin tinggi kecepatan bakal makin jauh titik henti pengereman kita.
Jika MR bandingkan dengan Safety Riding yang pernah MR ikuti, dalam hal materi dan praktek, keduanya sama-sama menggunakan standar yang tinggi, namun Yamaha lebih luwes dan ringkas dibandingkan Honda. Contoh, satu bahan diskusi yang paling sering dibahas di Indonesia adalah berapa persentase pengereman depan dan belakang? Pasti banyak yang jawab 70 depan 30 belakang, tapi di Yamaha tidak terlalu mempersalahkan hal tersebut, karena bagaimana cara pasti menghitungnya saat riding?? Juga Yamaha tidak mempermasalahkan tuas rem saat pengereman harus keempat jari selain jempol, menekan secara bersamaan, bahkan Setyo menyatakan, yang penting pengendara nyaman saja dengan posisi tangan dan kakinya dan bisa antisipasi secara cepat jika ada kejadian di jalan raya, tentu dengan beberapa tehnik yang diajarkan oleh YRA.
Saat sesi praktek teknik pengereman di Yamaha Land pun, Setyo menekankan yang penting bisa berhenti tepat di titik yang ditentukan, tentu tetap dengan rem depan dan belakang secara berbarengan, namun baik ritme maupun persentase kekuatan pengereman tidak ada angka pasti (yang pastinya juga sulit diukur). Karena bakalan berbeda saat kondisi jalan kering, berpasir, dan hujan.
Inilah yang MR sebut berbeda dengan Honda yang ada patokan bakunya, seperti keempat jari harus menekan bersamaan di tuas rem saat melakukan pengereman. Namun apapun metodenya, yang paling penting adalah goal-nya, yaitu memberikan pemahaman kepada pengendara sepeda motor di Indonesia agar bisa berkendara sesuai dengan aturan dan tetap aman saat berkendara, itulah tujuan dari Safety Riding, apapun metodenya!!
You must be logged in to post a comment.